Pengertian PAIKEM
PAIKEM adalah singkatan dari Pembelajaran Aktif,
Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan. Aktif dimaksudkan bahwa dalam
proses pembelajaran guru harus menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga
siswa aktif bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan.
Pembelajaran inovatif bisa mengadaptasi dari model
pembelajaran yang menyenangkan. Learning is fun merupakan kunci yang diterapkan
dalam pembelajaran inovatif. Jika siswa sudah menanamkan hal ini di pikirannya
tidak akan ada lagi siswa yang pasif di kelas, perasaan tertekan dengan tenggat
waktu tugas, kemungkinan kegagalan, keterbatasan pilihan, dan tentu saja rasa
bosan.
Membangun metode pembelajaran inovatif sendiri bisa
dilakukan dengan cara diantaranya mengakomodir setiap karakteristik diri.
Artinya mengukur daya kemampuan serap ilmu masing-masing orang. Contohnya saja
sebagian orang ada yang berkemampuan dalam menyerap ilmu dengan menggunakan
visual atau mengandalkan kemampuan penglihatan, auditory atau kemampuan
mendengar, dan kinestetik. Dan hal tersebut harus disesuaikan pula dengan upaya
penyeimbangan fungsi otak kiri dan otak kanan yang akan mengakibatkan proses
renovasi mental, diantaranya membangun rasa percaya diri siswa.
Kreatif dimaksudkan agar guru menciptakan kegiatan
belajar yang beragam sehingga memenuhi berbagai tingkat kemampuan siswa.
Menyenangkan adalah suasana belajar-mengajar yang menyenangkan sehingga siswa
memusatkan perhatiannya secara penuh pada belajar sehingga waktu curah
perhatiannya (“time on task”) tinggi.
Menurut hasil penelitian, tingginya waktu curah
perhatian terbukti meningkatkan hasil belajar. Keadaan aktif dan menyenangkan
tidaklah cukup jika proses pembelajaran tidak efektif, yaitu tidak menghasilkan
apa yang harus dikuasai siswa setelah proses pembelajaran berlangsung, sebab
pembelajaran memiliki sejumlah tujuan pembelajaran yang harus dicapai. Jika
pembelajaran hanya aktif dan menyenangkan tetapi tidak efektif, maka
pembelajaran tersebut tak ubahnya seperti bermain biasa.
Penerapan PAIKEM dalam Proses Pembelajaran
Secara garis besar, PAIKEM dapat digambarkan sebagai
berikut:
1. Siswa terlibat dalam berbagai
kegiatan yang mengembangkan pemahaman dan kemampuan mereka dengan penekanan
pada belajar melalui berbuat.
2. Guru menggunakan berbagai alat
bantu dan berbagai cara dalam membangkitkan semangat, termasuk menggunakan
lingkungan sebagai sumber belajar untuk menjadikan pembelajaran menarik,
menyenangkan, dan cocok bagi siswa.
3. Guru mengatur kelas dengan
memajang buku-buku dan bahan belajar yang lebih menarik dan menyediakan ‘pojok
baca’
4. Guru menerapkan cara mengajar
yang lebih kooperatif dan interaktif, termasuk cara belajar kelompok.
5. Guru mendorong siswa untuk
menemukan caranya sendiri dalam pemecahan suatu masalah, untuk mengungkapkan
gagasannya, dan melibatkam siswa dalam menciptakan lingkungan sekolahnya.
PAIKEM diperlihatkan dengan berbagai kegiatan yang
terjadi selama KBM. Pada saat yang sama, gambaran tersebut menunjukkan
kemampuan yang perlu dikuasai guru untuk menciptakan keadaan tersebut. Berikut
adalah tabel beberapa contoh kegiatan KBM dan kemampuan guru yang besesuaian.
1.
Pengertian PAIKEM
Paiken
merupakan singkatan dari Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan
Menyenangkan. Selanjutnya PAIKEM dapat didefinisikan sebagai: Pendekatan
mengjar (Approach to teaching) yang digunakan bersama metode tertentu dan
pelbagai media pengajran yang disertai penataan lingkungan sedemikian rupa agar
proses pembelajaran menjadi aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan
menyenangkan. Selain itu PAIKEM juga memungkinkan siswa melakukan kegiatan yang
beragam untuk mengembangkan sikap, pemahaman, dan ketrampilan sendiri dalam
arti tidak semata-mata “disuapi” guru.
2.
Peralihan yang mendasari PAIKEM
PAIKEM
dikembangkan berdasarkan beberapa peralihan yaitu:
§ Peralihan
dari belajar perorangan ( individual learning) ke belajar bersama
(cooperative learning)
§ Peralihan
dari belajar dengan cara menghafal (rote learning) ke belajar memahami
(learning of understanding)
§ Peralihan
dari teori pemindahan pengetahuan (knowledge transmitted) ke bentuk interaktif,
ketrampilan proses, dan pemecahan masalah.
§ Peralihan
paradigma dari guru mengajar ke siswa belajar
§ Beralihnya
bentuk evaluasi tradisional ke bentuk authentic assesment seperti portofolio,
proyek, laporan siswa, atau penampilan siswa
Dasar
peralihan tersebut diatas seusai dengan PP no 19 Tahun 2005 tentang Standart
Nasional Pendidikan, pasal 19 ayat (1) yang berbunyi:
“Proses
pembelajaran pada satuan pendidikan dielenggarakan secara interaktif,
inspiratif, menyenangkan, menantang, dan memotivasi peserta didik untuk
berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa,
kreatifitas dan kemandirian sesuai bakat, minat,dan perkembangan fisik dan
psikologis peserta didik”
3.
Karakteristik PAIKEM
§ Berpusat
pada siswa ( guru sebagai fasilitator, bukan penceramah)
§ Belajar
menyenangkan (joy full learning)
§ Belajar
yang berorientasi pada tercapainta kemampuan tertentu ( competency-based
learning)
§ Belajar
secara tuntas (mastery learning)
§ Belajar
secara berkesinambungan (continous learning)
§ Belajar
sesuai dengan ke-kini-an dan ke-disini-an (contextual learning)
4.
Arti Penting PAIKEM
§ PAIKEM
lebih memungkinkan peserta didik dan guru sama-sama aktif terlibat dalam
pembelajran. selama ini lebih banyak pendekatan konvensional (hanya guru yang
aktif / monologis), sementara para siswa pasif sehingga pelajaran menjemukan
dan tidak menyenangkan.
§ PAIKEM
lebih memungkinkan guru dan siswa berbuat kreatif bersama. Guru mengupayakan
segala cara secara kreatif untuk melibatkan semua siswa dalam proses
pembelajaran. Sementara itu peserta didik juga didorong agar kreatif dalam
berinteraksi dengan sesama teman.
PAIKEM
dilandasi oleh falsafah konstruktivisme yang menekankan agar peserta didik
mampu mengintegrasikan gagasan baru dengan gagasan / pengetahuan awal yg telah
dimilikinya. Selain itu PAIKEM juga dilandasi dengan falsafah Pragmatisme
yang beorientasi pada tercapainya tujuan secara mudah dan langsung, sehingga
dalam pembelajaran peserta didik selalu menjadi subjek aktif sedangkan guru
menjadi fasilitator dan pembimbing.
5
Hal-Hal Penting yang Harus Diperhatikan Dalam Implementasi Pendekatan PAIKEM
§ Memahami
sifat yang dimiliki siswa
§ Memahami
perkembangan kecerdasan siswa
§ Mengenal
siswa secara perorangan
§ Memanfaatkan
perilaku siswa dalam pengorganisasian belajar
§ Mengembangkan
kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan kemampuan memecahkan masalah
§ Mengembangkan
ruang kelas sebagai lingkungan belajar yang menarik
§ Memanfaatkan
lingkungan sebagai sumber belajar
§ Memberikan
umpan balik yang baik untuk meningkatkan kegaitan belajar
§ Membedakan
antara aktif fisik dengan aktif mental
6.
Penjabaran PAIKEM
1.
Pembelajaran aktif
Secara
harafiah aktif artinya terbiasa berbuat segala hal dengan menggunakan segala
daya. Pembelajran yang aktif berarti pembelajaran yang memerlukan keaktifan
semua siswa dan guru secara fisik, mental, moral, dan spiritual. Guru harus
menciptakan seuasana sedemikian rupa sehingga siswa aktif bertanya, membangun
gagasan dan melakukan kegiatan yang dapat memberikan pengalaman langsung
sehingga belajar merupakan proses aktif siswa dalam membangun penetahuannya
sendiri. dengan demikian siswa didorong untuk bertanggung jawab terhadap proses
belajarnya sendiri.Menurut Taslimuharrom (2008) Prose pembelajaran dikatakan
aktif apabila mengandung:
§ Keterletakatan
pada tugas (Commitment)
§ Tanggung
Jawab (Responsibility)
§ Motivasi
(Motivation)
Alhasil
guru aktif:
§ Membrikan
umpan balik
§ mengajukan
pertanyaan yang menentang
§ mendiskusikan
gagasan siswa
Dan
siswa aktif:
§ bertanya
/ meminta penjelasan
§ mengemukakan
gagasan
§ mendiskusikan
gagasan orang lain dan gagasannya sendiri
2. Pembelajaran
Inovatif
Pembelajaran
inovatif dapat menyeimbangkan fungsi otak kiri dan otak kanan apabila dilakukan
dengan cara yang meng-integrasikan media/alat bantu terutama yang berbasis
teknologi baru/maju ke dalam prose pembelajaran, sehingga terjadi proses
renovasi mental, diantaranya membangun rasa percaya diri pada siswa. Penggunaan
bahan pelajaran, software multimedia, dan microsoft Powerpoint merupakan slah
satu alternatif.
Alhasil
guru Inovatif:
§ menggunakan
bahan / materi baru yang bermanfaat dan bermartabat
§ menerapkan
pelbagai pendekatan pembelajaran dengan gaya baru
§ memodifikasi
pendekatan pembelajaran konvensional menjadi pendekatanan yang sesuai dg
keadaan siswa, sekolah dan lingkungan
siswa
inovatif:
§ mengikuti
pembelajran inovatif dengan aturan yang berlaku
§ berupaya
memcari bahan/materi sendiri dari sumber yang relevan
§ menggunakan
perangkat teknologi maju dalam proses belajar
Penggunaan
TIK dalam proses pembelajaran
Perkembangan
Teknologi Informasi dan Komunikasi telah memberikan penaruh perhadap dunia
pendidikan khususnya dalam proses pembelajran. Komunikasi sebagai media
pendidikan dilakukan dengan menggunakan metode telepon, komputer, internet,
e-mail dsb. Hubungan / interaksi guru dan siswa tidak hanya melalui tatp muka
tetapi dilakukan dengan menggunakan media-media tsb.
Guru
dapat memberikan layanan tanpa berhadapan langsung dengan siswa. Yang paling
mutakhir adalah “cyber Teaching” atau pengajaran maya, yaiu proses pembelajran
yang dilakukan dengan menggunakan internet. Istilah lain yang makin populer
saat ini adalah e-learning yaitu suatu metode pemebelajran dengan menggunakan
media teknologi komunikasi dan informasi khususnya internet. Penggunaan
komputer dalam pendidikan dapat menggabungkan unsur inovasi, kreativitas dan
hiburan, menjadikan peserta didik memiliki rasa senang, tidak jenuh dan
menerima pelajaran dengan lebih mudah.
3. Pembelajaran
Kreatif
Pembelajaran
yang kreatif mengandung makna tidak sekedar melaksanakan dan menerapkan
kurikulum, dengan demikian ada kreativitas pengembangan kompetensi
dan kreativitas dalam melaksanakan pembelajran di kelas termasuk pemanfaatan
lingkungan sebagai sumber bahan dan sarana untuk belajar. Pembelajaran
kreatif juga dimaksudkan agar guru menciptkan kegiatan belajar yang beragam
sehingga memenuhi berbagai tingkatan kemampuan.
Alhasil
guru bertindak kreatif dalam arti:
§ mengembangkan
kegiatan pembelajaran yang beragam
§ membuat
alat bantu belajar yang berguna meskipun sederhana
siswa
kreatif:
§ Merancang
/ membuat sesuatu
§ menuis
/ mengarang
§
5. Pembelajaran
Efekti
Pembelajaran
dikatkn efektif apabila pembelajran itu dapat mencapai sasran atau minimal
mencapai kompetensi dasar yang telah ditetapkan. Untuk mengetahui keefektifan
belajar maka diakhir kegiaan selalu dilakukan evaluasi. Evaluasi
yang dimaksud tidak sekedar tes tetapi bisa juga semacam refleksi / perenungan
yang dilakukan oleh guru dan siswa .
Guru
menjadi pengajar yang efektif:
§ mengajar
/ mengarahkan dengn memberi contoh
§ menghargai
siswa dan memotivasi siswa
§ memahami
tujuan pembelajran
§ mengajar
ketrampilan memecahkan masalah
§ menggunakan
metode yang berfariasi
§ mengembangkan
pengetahuan pribadi dengan banyak membaca
§ mengajarkan
cara mempelajari sesuatu
§ melaksnakana
penilaian yang tepat dan benar
Siswa
menjadi pembelajar yang efektif :
§ Menguasai
pengetahuan dan ketrampilan atau kompetensi yang diperlukan
§ Mendapat
penglaman baru yang berharga
6.
Pembelajaran Menyenangkan
Pembelajaran
yang menyenangkan (Joyfull learning) adalah pembelajran yang dapat dinimati
siswa. siswa merasa nyaman, aman, dan asyik. Perasaan yang mengasyikkan
mengndung unsur inner motivation yaitu dorongan keingintahuan yang disertai
upaya mencari tahu sesuatu.
Ciri-ciri
pembelajaran yang menyenangkan:
§ adanya
lingkungan yang rileks, menyenangkan, tidak membuat tegang (stress), aman,
menarik, dan membuat siswa tidak ragu melakukan sesuatu walaupun keliru untuk
mencapai keberhasilan yang tinggi
§ terjamin
ketersediaan materi pembelajaran dan metode yang relevan
§ terlibatnya
semua indera dan aktivitas otak kiri dan otak kanan
§ adanya
situasi belajar yang menantang (challenging) bagi pesert didik dan utnuk
berpikir jauh kedepan dan mengeksplorasi materi yang sedang dipelajari
§ Adanya
situasi belajar emosional yang positif ketika para sisiwa belajar bersama, dan
ketika ada humor, dorongan, semangat, waktu istirahat, dan dujkungan
enthusiast.
Guru
menyenangkan, guru tidak membuat siswa:
§ takut
salah dan takut dihukum
§ takut
ditertawakan teman-teman
§ takut
dianggap sepele oleh guru dan teman
siswa
belajar senang:
§ Siswa
berani bertanya
§ berani
mencoba / berbuat
§ berani
mengemukakan pendapat / gagasan
§ berani
mempertanyakan gagasan orang lain.
Baiklah
rekan-rekan guru marilah kita ciptakan PAIKEM di kelas-kelas kita….Selamat
mencoba
Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengembangan visi dan misi di atas
maka dapat penulis simpulkan bahwa pembelajaran PAIKEM (pembelajaran aktif,
inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan) salah satu metode pembelajaran
berbasis lingkungan. Metode ini mampu melibatkan siswa secara langsung dengan
berbagai pengenalan terhadap lingkungan. Dengan demikian selama dalam proses
pembelajaran akan mengajak siswa lebih aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan
menyenangkan.
DAFTAR PUSTAKA
Bafadal, Ibrahim. 2003. Manajemen
Peningkatan Mutu Sekolah Dasar: dari Sentralisasi menuju Desentralisasi.
Jakarta: Bumi Aksara.
Umaedi (1999) Manajemen Peningkatan
Mutu Berbasis Sekolah. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Directorate
Jenderal Pendidikan Dasar dan Menegah, Directorate Pendidikan Menengah Umum.
Indonesia, Jakarta.
1) Memahami
sifat yang dimiliki anak
Pada
dasarnya anak memiliki sifat: rasa ingin tahu dan berimajinasi. Anak desa, anak
kota, anak orang kaya, anak orang miskin, anak Indonesia, atau anak bukan
Indonesia – selama mereka normal – terlahir memiliki kedua sifat itu. Kedua
sifat tersebut merupakan modal dasar bagi berkembangnya sikap/berpikir kritis
dan kreatif. Kegiatan pembelajaran merupakan salah satu lahan yang harus kita
olah sehingga subur bagi berkembangnya kedua sifat, anugerah Tuhan, tersebut.
Suasana pembelajaran dimana guru memuji anak karena hasil karyanya, guru
mengajukan pertanyaan yang menantang, dan guru yang mendorong anak untuk
melakukan percobaan, misalnya, merupakan pembelajaran yang subur seperti yang
dimaksud.
2) Mengenal
anak secara perorangan
Para
siswa berasal dari lingkungan keluarga yang bervariasi dan memiliki kemampuan
yang berbeda. Dalam PAKEM (Pembelajaran Aktif, Menyenangkan, dan Efektif)
perbedaan individual perlu diperhatikan dan harus tercermin dalam kegiatan
pembelajaran. Semua anak dalam kelas tidak selalu mengerjakan kegiatan yang
sama, melainkan berbeda sesuai dengan kecepatan belajarnya. Anak-anak yang
memiliki kemampuan lebih dapat dimanfaatkan untuk membantu temannya yang lemah
(tutor sebaya). Dengan mengenal kemampuan anak, kita dapat membantunya bila
mendapat kesulitan sehingga belajar anak tersebut menjadi optimal.
3) Memanfaatkan
perilaku anak dalam pengorganisasian belajar
Sebagai
makhluk sosial, anak sejak kecil secara alami bermain berpasangan atau
berkelompok dalam bermain. Perilaku ini dapat dimanfaatkan dalam
pengorganisasian belajar. Dalam melakukan tugas atau membahas sesuatu, anak
dapat bekerja berpasangan atau dalam kelompok. Berdasarkan pengalaman, anak
akan menyelesaikan tugas dengan baik bila mereka duduk berkelompok. Duduk
seperti ini memudahkan mereka untuk berinteraksi dan bertukar pikiran. Namun
demikian, anak perlu juga menyelesaikan tugas secara perorangan agar bakat
individunya berkembang.
4) Mengembangkan
kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan kemampuan memecahkan masalah
Pada
dasarnya hidup ini adalah memecahkan masalah. Hal ini memerlukan kemampuan
berpikir kritis dan kreatif. Kritis untuk menganalisis masalah; dan kreatif
untuk melahirkan alternatif pemecahan masalah. Kedua jenis berpikir tersebut,
kritis dan kreatif, berasal dari rasa ingin tahu dan imajinasi yang keduanya
ada pada diri anak sejak lahir. Oleh karena itu, tugas guru adalah
mengembangkannya, antara lain dengan sering-sering memberikan tugas atau
mengajukan pertanyaan yang terbuka. Pertanyaan yang dimulai dengan kata-kata
“Apa yang terjadi jika …” lebih baik daripada yang dimulai dengan kata-kata
“Apa, berapa, kapan”, yang umumnya tertutup (jawaban betul hanya satu).
5) Mengembangkan
ruang kelas sebagai lingkungan belajar yang menarik
Ruang
kelas yang menarik merupakan hal yang sangat disarankan dalam PAKEM. Hasil
pekerjaan siswa sebaiknya dipajangkan untuk memenuhi ruang kelas seperti itu.
Selain itu, hasil pekerjaan yang dipajangkan diharapkan memotivasi siswa untuk
bekerja lebih baik dan menimbulkan inspirasi bagi siswa lain. Yang dipajangkan
dapat berupa hasil kerja perorangan, berpasangan, atau kelompok. Pajangan dapat
berupa gambar, peta, diagram, model, benda asli, puisi, karangan, dan
sebagainya. Ruang kelas yang penuh dengan pajangan hasil pekerjaan siswa, dan
ditata dengan baik, dapat membantu guru dalam PEMBELAJARAN karena dapat
dijadikan rujukan ketika membahas suatu masalah.
6) Memanfaatkan
lingkungan sebagai sumber belajar
Lingkungan
(fisik, sosial, atau budaya) merupakan sumber yang sangat kaya untuk bahan
belajar anak. Lingkungan dapat berperan sebagai media belajar, tetapi juga
sebagai objek kajian (sumber belajar). Penggunaan lingkungan sebagai sumber
belajar sering membuat anak merasa senang dalam belajar. Belajar dengan
menggunakan lingkungan tidak selalu harus keluar kelas. Bahan dari lingkungan
dapat dibawa ke ruang kelas untuk menghemat biaya dan waktu. Pemanfaatan
lingkungan dapat men-gembangkan sejumlah keterampilan seperti mengamati (dengan
seluruh indera), mencatat, merumuskan pertanyaan, berhipotesis,
mengklasifikasi, membuat tulisan, dan membuat gambar/diagram.
7) Memberikan
umpan balik yang baik untuk meningkatkan kegiatan belajar
Mutu
hasil belajar akan meningkat bila terjadi interaksi dalam belajar. Pemberian
umpan balik dari guru kepada siswa merupakan salah satu bentuk interaksi antara
guru dan siswa. Umpan balik hendaknya lebih mengungkap kekuatan daripada
kelemahan siswa. Selain itu, cara memberikan umpan balik pun harus secara
santun. Hal ini dimaksudkan agar siswa lebih percaya diri dalam menghadapi
tugas-tugas belajar selanjutnya. Guru harus konsisten memeriksa hasil pekerjaan
siswa dan memberikan komentar dan catatan. Catatan guru berkaitan dengan
pekerjaan siswa lebih bermakna bagi pengembangan diri siswa daripada hanya
sekedar angka.
8) Membedakan
antara aktif fisik dan aktif mental
Banyak
guru yang sudah merasa puas bila menyaksikan para siswa kelihatan sibuk bekerja
dan bergerak. Apalagi jika bangku dan meja diatur berkelompok serta siswa duduk
saling berhadapan. Keadaan tersebut bukanlah ciri yang sebenarnya dari PAKEM.
Aktif mental lebih diinginkan daripada aktif fisik. Sering bertanya,
mempertanyakan gagasan orang lain, dan mengungkapkan gagasan merupakan
tanda-tanda aktif mental. Syarat berkembangnya aktif mental adalah tumbuhnya
perasaan tidak takut: takut ditertawakan, takut disepelekan, atau takut
dimarahi jika salah. Oleh karena itu, guru hendaknya menghilangkan penyebab
rasa takut tersebut, baik yang datang dari guru itu sendiri maupun dari
temannya. Berkembangnya rasa takut sangat bertentangan dengan
‘PAKEMenyenangkan.’
a. Bagaimana
Pelaksanaan PAKEM?
Gambaran PAKEM diperlihatkan dengan berbagai
kegiatan yang terjadi selama PEMBELAJARAN. Pada saat yang sama, gambaran
tersebut menunjukkan kemampuan yang perlu dikuasai guru untuk menciptakan
keadaan tersebut. Berikut tabel beberapa contoh kegiatan pembelajaran dan
kemampuan guru.
1. Berhubungan dengan apakah teori Piaget itu?. Mengapa
teori Piaget itu sangat berpengaruh pada perkembangan intelektual anak?
Piaget paling terkenal karena menyusun
kembali teori is perkembangan kognitif ke dalam serangkaian tahap, memperluas
karya sebelumnya dari James Mark Baldwin, menjadi empat tahap perkembangan yang
lebih kurang sama dengan (1) masa infancy, (2) pra-sekolah, (3) anak-anak, dan
(4) remaja. Masing-masing tahap ini dicirikan oleh struktur kognitif umum yang
mempengaruhi semua pemikiran si anak (suatu pandangan strukturalis yang
dipengaruhi oleh filsuf Immanuel Kant). Masing-masing tahap mewakili pemahaman
sang anak tentang realitas pada masa itu, dan masing-masing kecuali yang
terakhir adalah suatu perkiraan (approximation) tentang realitas yang tidak
memadai. Jadi, perkembangan dari satu tahap ke tahap yang lainnya disebabkan
oleh akumulasi kesalahan di dalam pemahaman sang anak tentang lingkungan nya;
akumulasi ini pada akhirnya menyebabkan suatu tingkat ketidakseimbangan
kognitif yang perlu ditata ulang oleh struktur pemikiran.
Keempat tahap perkembangan itu digambarkan
dalam teori Piaget sebagai
Tahap sensorimotor: dari lahir hingga 2 tahun
(anak mengalami dunianya melalui gerak dan inderanya serta mempelajari
permanensi obyek)
Tahap pra-operasional: dari 2 hingga 7 tahun
(mulai memiliki kecakapan motorik)
Tahap operasional konkret: dari 7 hingga 11
tahun (anak mulai berpikir secara logis tentang kejadian-kejadian konkret)
Tahap operasional formal: setelah usia 11
tahun (perkembangan penalaran abstrak)
2. Coba
buat perbandingan pandangan behaviristik dan konstruktivistik tentang bagaimana
mengevaluasi proses dan hasil pembelajaran.
MENAFSIR KONSEP
BEHAVIORISTIK DAN KONSTRUKTIVISTIK
Pendidikan
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan Negara, begitu definisi pendidikan yang terkandung dalam
ketentuan umum di Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas).
Untuk mencapai
tujuan berdirinya Negara Indonesia yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa,
instrument yang digunakan adalah pendidikan. Pendidikan yang berkualitas akan
melahirkan manusia-manusia cerdas, kemudian akan menjadi agen perubahan untuk
kehidupan berbangsa yang lebih baik. Paolo Freire seorang tokoh pendidikan
menyatakan ada dua pandangan dunia yang mempersepsikan manusia dalam dunia
pendidikan. Pandangan pertama melihat manusia sebagai objek, yang dapat
dibentuk dan disesuaikan. Pandangan lainnya melihat manusia sebagai subyek,
mahluk yang bebas dan mampu melampaui dunianya.
Proses belajar
pada dunia pendidikan dianggap sebagai transfer of knowledge, beranggapan bahwa
peserta didik adalah botol kosong yang dapat diisi sesuai dengan kehendak guru.
Guru dan murid terlihat seperti relasi antara penguasa dan yang dikuasai.
Paradigma ini lebih dipengaruhi oleh teori behaviorisme. Behaviorisme memandang
pengetahuan sebagai suatu yang eksternal dan proses belajar sebagai kegiatan
internalisasi pengetahuan. Hasil dari proses belajar menurut teori ini adalah
perubahan tingkah laku, layaknya mesin yang dimasukkan program kemudian program
itu berjalan sebagaimana program yang telah dibuat tersebut.
Ada beberapa
tokoh pendukung teori behaviorisme, diantarnya B. F. Skinner, dilahirkan di
Susquehanna, Pennsylvania tahun 1904. Pada tahun 1938, Skinner menerbitkan
bukunya yang berjudul The Behavior of Organism. Dalam buku tersbut dia
mengatakan bahwa ditemukannya banyak tingkah laku pada organisme. Dalam
perkembangan psikologi belajar, Skinner menguatkan teori operant conditioning.
Operant Conditioning atau Instrumental Conditioning awalnya dikembangkan oleh
Edward Lee Thorndike. Thorndike ini berpendapat bahwa semua proses belajar
adalah penjelasan dari koneksi atau perangsang dari adanya stimulus dan respon.
Skinner
membedakan dua macam respon. Pertama, Respondent Response (Reflexive Response)
yaitu respon yang ditimbulkan oleh perangsang-perangsang tertentu (eliciting
stimuli), pada umumnya perangsang tersebut bersifat mendahului respon yang
ditimbulkan, misalnya makanan yang menimbulkan keluarnya air liur. Operant
Response (Instrumental Response) adalah respons yang timbul dan berkembangnya
diikuti oleh perangsang-perangsang tertentu (reinforcing stimuli atau
reinforcer), karena perangsang-perangsang tersebut memperkuat respons yang
telah dilakukan oleh organisme.
Kaum Behavioris
juga beranggapan bahwa seorang dapat mengontrol tingkah laku organisme melalui
pemberian reinforcement (penguatan atau bantuan) yang bijaksana dalam
lingkungan relatif besar. Mereka beranggapan bahwa semua manusia adalah robot
mesin yang menolak kebebasan dan sifat spontanitas serta tidak memiliki
insiatif. Namun teorinya mendapat banyak tentangan dari berbagai kalangan
karena dalam teorinya mengesampingkan segi biologi dalam perilaku.
Sebagai anti
tesis dari behaviorime, lahir konstruktivisme yang beranggapan bahwa peserta
belajar adalah organisme aktif serta dengan usahanya dapat menciptakan makna
tersendiri sebagai hasil dari proses belajar. Paham ini melihat peserta didik
adalah subyek (pelaku) dalam proses belajar, dilandasi oleh teori
konstruktivisme yang menyatakan bahwa pebelajar menciptakan pengetahuan saat
berusaha memahami pengalaman-pengalamannya. Beberapa pemikir konstruktivis
seperti Vigotsky menekankan berbagi dan konstruksi sosial dalam pembentukan
pengetahuan (konstruktivisme sosial) sedangkan yang lain seperti Piaget melihat
konstruksi individu lah yang utama (konstruktivisme individu).
Kaum
Konstruktivisme beranggapan bahwa pengertahuan tidak dapat dipindahkan begitu
saja dari pikiran guru ke pikiran siswa. Artinya, bahwa siswa harus aktif
secara mental membangun struktur pengetahuannya berdasarkan kematangan kognitif
yang dimilikinya. Relasi yang terbangun adalah guru hanyalah berfungsi sebagai
mediator, fasilitor dan teman yang membuat situasi yang kondusif untuk
terjadinya konstruksi pengetahuan pada diri peserta didik. Teori ini
bersandarkan pikiran bahwa seorang siswa sesungguhnya pengemudi sekaligus
pengendali informasi dan pengalaman baru yang mereka peroleh dalam sebuah
proses memahami, mencermati secara kritis, sekaligus melakukan re-interpretasi
pengetahuan dalam sebuah siklus belajar-mengajar. Meskipun kita tahu bahwa
belajar adalah suatu penafsiran personal dan unik dalam sebuah konteks sosial,
tetapi akan lebih bermakna jika akhir dari suatu proses pembelajaran dapat
secara langsung memotivasi siswa untuk memahami sekaligus membangun arti baru.
Jika output dari
pendidikan Indonesia adalah menghasilkan individu yang memiliki kemampuan
berfikir untuk menyelesaikan setiap persoalan hidup yang dihadapi, bukan hanya
mesin atau robot yang mudah digerakkan kesana kemari, maka teori
konstruktivisme patut dijadikan landasan dalam dunia pendidikan kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar