Proses kerja PLTN sebenarnya hampir
sama dengan proses kerja pembangkit listrik konvensional seperti pembangkit
listrik tenaga uap (PLTU), yang umumnya sudah dikenal secara luas. Yang
membedakan antara dua jenis pembangkit listrik itu adalah sumber panas yang
digunakan. PLTN mendapatkan suplai panas dari reaksi nuklir, sedang PLTU
mendapatkan suplai panas dari pembakaran bahan bakar fosil seperti batubara
atau minyak bumi.
Reaktor daya dirancang untuk
memproduksi energi listrik melalui PLTN. Reaktor daya hanya memanfaatkan energi
panas yang timbul dari reaksi fisi, sedang kelebihan neutron dalam teras
reaktor akan dibuang atau diserap menggunakan batang kendali. Karena
memanfaatkan panas hasil fisi, maka reaktor daya dirancang berdaya thermal
tinggi dari orde ratusan hingga ribuan MW. Proses pemanfaatan panas hasil fisi
untuk menghasilkan energi listrik di dalam PLTN adalah sebagai berikut :
· Bahan bakar nuklir melakukan reaksi
fisi sehingga dilepaskan energi dalam bentuk panas yangsangat besar.
· Panas hasil reaksi nuklir tersebut
dimanfaatkan untuk menguapkan air pendingin, bisa pendingin primer maupun
sekunder bergantung pada tipe reaktor nuklir yang digunakan.
· Uap air yang dihasilkan dipakai
untuk memutar turbin sehingga dihasilkan energi gerak (kinetik).
· Energi kinetik dari turbin ini
selanjutnya dipakai untuk memutar generator sehingga dihasilkan arus listrik.
Jenis-jenis PLTN
a. LWR merupakan Light Water Reactor
yang merupakan reaktor dengan menggunakan H2O sebagai pendingin sekaligus
moderator. LWR sendiri dibagi menjadi dua, yaitu: BWR (Boiling Water Reactor)
dan PWR (Pressure Water Reactor).
- BWR
Pada reaktor air didih, panas hasil
fisi dipakai secara langsung untukmenguapkan air pendingin dan uap yang
terbentuk langsung dipakai untuk memutar turbin. Turbin tekanan tinggi menerima
uap pada suhu sekitar 290 ºC dan tekanan sebesar 7,2 MPa. Sebagian uap
diteruskan lagi ke turbin tekanan rendah. Dengan sistim ini dapat diperoleh
efisiensi thermal sebesar 34 %. Efisiensi thermal ini menunjukkan prosentase
panas hasil fisi yang dapat dikonversikan menjadi energi listrik. Setelah
melalui turbin, uap tersebut akan mengalami proses pendinginan sehingga berubah
menjadi air yang langsung dialirkan ke teras reaktor untuk diuapkan lagi dan
seterusnya. Dalam reaktor ini digunakan bahan bakar 235U dengan tingkat
pengayaannya 3-4 % dalam bentuk UO2.
Pada tahun 1981, perusahaan Toshiba,
General Electric dan Hitachi melakukan kerja sama dengan perusahaan Tokyo
Electric Power Co. Inc. untuk memulai suatu proyek pengembangan patungan dalam
rangka meningkatkan unjuk kerja sistim Reaktor Air Didih dengan memperkenalkan
Reaktor Air Didih Tingkat Lanjut atau A-BWR (Advanced Boiling Water Reactor).
Kapasitas A-BWR dirancang lebih besar untuk mempertinggi keuntungan ekonomis.
Di samping itu, beberapa komponen reaktor juga mengalami peningkatan, seperti
peningkatan dalam fraksi bakar, penyempurnaan sistim pompa sirkulasi pendingin,
mekanisme penggerak batang kendali dan lain-lain.
- PWR
Reaktor Air Tekan juga menggunakan
H2O sebagai pendingin sekaligus moderator. Bedanya dengan Reaktor Air Didih
adalah penggunaan dua macam pendingin, yaitu pendingin primer dan sekunder.
Panas yang dihasilkan dari reaksi fisi dipakai untuk memanaskan air pendingin
primer. Dalam reaktor ini dilengkapi dengan alat pengontrol tekanan
(pessurizer) yang dipakai untuk mempertahankan tekanan sistim pendingin primer.
Sistim pressurizer terdiri atas sebuah tangki yang dilengkapi dengan pemanas
listrik dan penyemprot air. Jika tekanan dalam teras reaktor berkurang, pemanas
listrik akan memanaskan air yang terdapat di dalam tangki pressurizer sehingga
terbentuklah uap tambahan yang akan menaikkan tekanan dalam sistim pendingin
primer. Sebaliknya apabila tekanan dalam sistim pendingin primer bertambah, maka
sistim penyemprot air akan mengembunkan sebagian uap sehingga tekanan uap
berkurang dan sistim pendingin primer akan kembali ke keadaan semula. Tekanan
pada sistim pendingin primer dipertahankan pada posisi 150 Atm untuk mencegah
agar air pendingin primer tidak mendidih pada suhu sekitar 300 ºC. Pada tekanan
udara normal, air akan mendidih dan menguap pada suhu 100 ºC.
Dalam proses kerjanya, air pendingin
primer dialirkan ke sistim pembangkit uap sehingga terjadi pertukaran panas
antara sistim pendingin primer dan sistim pendingin sekunder. Dalam hal ini
antara kedua pendingin tersebut hanya terjadi pertukaran panas tanpa terjadi
kontak atau percampuran, karena antara kedua pendingin itu dipisahkan oleh
sistim pipa. Terjadinya pertukaran panas menyebabkan air pendingin sekunder
menguap. Tekanan pada sistim pendingin sekunder dipertahankan pada tekanan
udara normal sehingga air dapat menguap pada suhu 100 ºC. Uap yang terbentuk di
dalam sistim pembangkit uap ini selanjutnya dialirkan untuk memutar turbin.
Dari uraian di atas tergambar bahwa
sistim kerja PLTN dengan Reaktor Air Tekan lebih rumit dibandingkan dengan
sistim Reaktor Air Didih. Namun jika dilihat pada sistim keselamatannya,
Reaktor Air Tekan lebih aman dibandingkan dengan Reaktor Air Didih. Pada Reaktor
Air Tekan perputaran sistim pendingin primernya betul-betul tertutup, sehingga
apabila terjadi kebocoran bahan radioaktif di dalam teras reaktor tidak akan
menyebabkan kontaminasi pada turbin. Sedang pada Reaktor Air Didih, kebocoran
bahan radioaktif yang terlarut dalam air pendingin primer dapat menyebabkan
terjadinya kontaminasi pada turbin. Reaktor Air Tekan juga mempunyai keandalan
operasi dan keselamatan yang sangat baik. Salah satu faktor penunjangnya adalah
karena reaktor ini mempunyai koefisien reaktivitas negatif. Apabila terjadi
kenaikan suhu dalam teras reaktor secara mendadak, maka daya reaktor akan
segera turun dengan sendirinya. Namun karena menggunakan dua sistim pendingin,
maka efisiensi thermalnya sedikit lebih rendah dibandingkan dengan Reaktor Air
Didih.
b. HWR (High Water Reactor) atau
Reaktor Air Berat merupakan jenis reaktor yang menggunakan D2O (air berat)
sebagai moderator sekaligus pendingin. Reaktor ini menggunakan bahan bakar
uranium alam sehingga harus digunakan air berat yang penampang lintang
serapannya terhadap neutron sangat kecil. PLTN dengan Reaktor Air berat yang
paling terkenal adalah CANDU (Canadian Deuterium Uranium) yang pertama kali
dikembangkan oleh Canada. Seperti halnya Reaktor Air tekan, Reaktor CANDU juga
mempunyai sistim pendingin primer dan sekunder, pembangkit uap dan pengontrol
tekanan untuk mempertahankan tekanan tinggi pada sistim pendingin primer.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar